Harga minyak mentah terpantau rebound pada perdagangan Jumat (26/7/2024), karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan, meningkatkan ekspektasi investor terhadap peningkatan permintaan minyak mentah.
Per pukul 09:15 WIB, harga Brent menguat 0,32% ke posisi US$ 82,63 per barel. Sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) bertambah 0,34% menjadi US$ 78,55 per barel.
Pada perdagangan Kamis kemarin, Brent ditutup menguat 0,33% di posisi US$ 82,64 per barel, sedangkan WTI berakhir terapresiasi 0,36% di US$ 78,56 per barel.
Sebelumnya kemarin, Departemen Perdagangan AS melaporkan data awal produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8% pada basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), lebih tinggi dari kuartal I-2024 yang hanya tumbuh 1,4%.
Angka awal PDB AS pada kuartal II-2024 ini juga berada di atas ekspektasi pasar sebelumnya yang memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tumbuh 2%.
Laporan PDB terbaru menunjukkan bahwa dunia usaha terus berinvestasi dan konsumen masih mendorong pertumbuhan dengan belanja mereka, meskipun harga barang masih cenderung tinggi.
Di lain sisi, data klaim pengangguran mingguan AS cenderung menurun. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah orang Amerika yang mengajukan permohonan baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih dari yang diperkirakan pada minggu lalu.
Klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 10.000 menjadi 235.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 20 Juli lalu. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan ada 238.000 klaim pada pekan lalu.
Namun, dengan tumbuhnya ekonomi AS hingga di atas ekspektasi dan angka klaim pengangguran cenderung menurun, pasar pun seakan bimbang akan arah sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada pertemuan September mendatang, apakah benar akan memangkas atau justru kembali menahan suku bunga acuannya.
Sejauh ini, peluang penurunan suku bunga The Fed masih tinggi. Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar melihat peluang 87,6% untuk pemangkasan suku bunga pada September. Namun, angka ini mengalami penurunan dari beberapa hari sebelumnya yang mencapai 93,3%.
Kini fokus investor tertuju pada data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) atau inflasi PCE pada hari ini untuk mengkonfirmasi spekulasi dimulainya penurunan suku bunga The Fed lebih awal.
Harapannya, inflasi PCE AS yang akan dirilis malam nanti dapat melandai dan makin mendekati target The Fed di 2%. Namun jika inflasi PCE makin meningkat, maka ada potensi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang.
Suku bunga yang lebih rendah cenderung meningkatkan aktivitas ekonomi, yang dapat memacu permintaan minyak.
Di lain sisi, China yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia, mengejutkan pasar untuk kedua kalinya pada pekan ini, yakni melakukan operasi pinjaman tak terjadwal kemarin dengan suku bunga yang jauh lebih rendah, yang menunjukkan pihak berwenang mencoba memberikan stimulus moneter yang lebih besar untuk menopang perekonomian.