Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada akhir perdagangan sesi I Kamis (26/9/2024), kembali terbebani oleh saham perbankan raksasa yang melemah pada hari ini.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG terkoreksi 0,23% ke posisi 7.723,26. Pada sesi I hari ini, IHSG bergerak di rentang 7.673,05 – 7.763,08.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 8,7 triliun dengan melibatkan 12 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 788.599 kali. Sebanyak 279 saham naik, 254 saham turun dan 256 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor keuangan kembali menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 0,41%.
Seiring dengan sektor keuangan yang kembali menjadi penekan terbesar IHSG, dua saham bank raksasa menjadi penekan terbesar IHSG, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang mencapai 32,4 indeks poin dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 6,6 indeks poin.
Berikut saham-saham penekan IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG kembali melemah karena investor cenderung masih melakukan aksi profit taking terutama di saham-saham berkapitalisasi pasar, karena dalam sebulan terakhir kenaikannya sudah cukup signifikan.
Secara fundamental, aksi profit taking masih cenderung akan terjadi hingga akhir perdagangan hari ini hingga besok. Tak hanya itu saja, kenaikan IHSG yang sudah terjadi selama sebulan terakhir sejak pertengahan Agustus lalu membuat IHSG perlu konsolidasi atau istirahat terlebih dahulu.
Apalagi, sentimen pasar dari dalam negeri terkait rilis data ekonomi pada pekan ini cenderung minim, sehingga pasar memilih untuk mengalihkan perhatiannya ke kondisi global.
IHSG juga melemah disinyalir karena investor asing yang mulai melirik pasar keuangan China setelah pemerintah setempat berencana memberikan stimulus ekonomi untuk menggairahkan sektor industri di China.
Sebelumnya, pemerintah China melalui bank sentral (People’s Bank of China/PBoC) akan memberikan stimulus moneter dan dukungan bagi pasar properti secara besar-besaran. Ini langkah baru pemerintah China untuk menghidupkan kembali ekonomi yang masih tertekan deflasi.
PBoC akan memangkas jumlah uang tunai yang harus dimiliki bank sebagai cadangan. Rasio persyaratan cadangan alias giro wajib minimum dipangkas 50 bps. PBoC juga akan memangkas suku bunga repo tujuh hari sebesar 0,2 poin persentase menjadi sebesar 1,5%. Suku bunga deposito dan suku bunga lainnya juga akan turun.
Langkah ini yang dapat memberikan sedikit keringanan bagi rumah tangga tetapi menimbulkan kekhawatiran terkait profitabilitas bank.
Hingga kuartal II-2024, perekonomian China tumbuh jauh lebih lambat dari yang diharapkan, karena masih terbebani oleh krisis properti yang berkepanjangan dan kekhawatiran konsumen tentang keamanan kerja.
pasar saham China kini bisa menjadi menarik dengan adanya stimulus sehingga investor asing dapat berpindah ke bursa saham China.
Stimulus yang dilakukan pemerintah China untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan laju aktivitas bisnis, termasuk properti, elektronik dan otomotif.
Dengan suku bunga rendah di China, maka sektor elektronik dan otomotif akan menjadi daya tarik bagi investor. Sektor properti yang berkontribusi 25% lebih ke ekonomi China juga diharapkan bangkit setelah hancur karena skandal.